Cover Jejak Guru Hebat Milenial |
ANTARA
GURU DAN LITERASI
Oleh:
Aam Nurhasanah, S.Pd.
Selama 11 tahun mengabdikan diri di salah satu
Pondok Pesantren tepatnya Ponpes Mathla'ul Hidayah Cipanas, Lebak, Banten,
akhirnya perjuanganku berbuah manis. Entah berapa lama godaan untuk berhenti
mengajar selalu datang bertubi-tubi, namun kepercayaan diri untuk terus
mengabdi tetap teguh meskipun ombak terus menerjang pendirianku.
Yah, tentu saja gaji guru honor yang pas-pasan di
bawah 400rb adalah bukti nyata bahwa apa yang kami perjuangankan tanpa melihat
materi, terjawab sudah. Seleksi PPPK Tahap 2 memberi angin segar kepada para
guru honorer untuk ikut seleksi dan berkompetisi.
Perjuangan menjadi ASN PPPK 2021 adalah buah manis
perjuanganku selama mengabdi sebagai guru honor. Mengajar di sekolah swasta,
tanpa sertifikasi pendidik dan tanpa afirmasi adalah perjuangan panjang yang
mengurai air mata. Nilai yang di dapat kemarin Mensos 182, Wawancara 36, Teknis
255 dengan jumlah 478 adalah kemampuan diri setelah ikut seleksi PPPK Tahap 2 pada
tanggal 10 Desember 2021 di SMKN 2 Rangkasbitung, pukul 07.00-10.50 WIB di
Ruangan TUK 04.
Sempat iri dengan peserta test PPPK Tahap 2 yang
diantar suami, anak, atau keluarga yang mendukungnya untuk mengikuti seleksi
ini. Sedangkan aku, hanya diantar sahabat yang sudah kuanggap sebagai kakak
kandungku sendiri. Delia Yuningsih adalah saksi dimana aku berjuang melewati
tes PPPK Tahap 2 yang penuh dengan seribu kisah di dalamnya.
Suami yang saat itu hanya mampu mendoakan karena
anakku Adel masih sekolah PAUD, bagi tugaslah kami berdua. Aku memintanya
mengantarkan ke sekolah pagi itu tepatnya di hari Jumat. Sayang kalau Adel
bolos sekolah, jadi tidak apa saat ke tempat test hanya diantar seorang sahabat
tapi rasa saudara kandung.
Saat itu aku memang mengambil formasi Ahli Pertama
Guru bahasa Indonesia karena baground pendidikanku
memang S1 Bahasa Indonesia. Aku mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia selama
mengajar menjadi guru honor. Tanpa beban, tak terasa 11 tahun ini berjalan
dengan menyenangkan. Akhirnya aku lulus dan mengisi formasi di SMPN SATU ATAP 4
CIPANAS yang letaknya di Kp. Gununghaur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Jarak tempuh yang lumayan jauh, ditambah medan jalan
yang terjal menjadi sebuah perjuangan di tempat baru nanti. Pemberkasan online
sudah dilakukan dengan tahapan mengisi Daftar Riwayat Hidup(DRH) dan mengupload
beberapa berkas penting seperti Ijazah terakhir, transkrip nilai, surat
pernyataan 5 poin bermaterai, surat pernyataan tidak akan pindah tugas
bermaterai, surat keterangan sehat jasmani dan rohani, surat keterangan bebas
Napza, daftar riwayat hidup bermaterai, SKCK, Surat lamaran asli tulis tangan
bermaterai, dan pas foto baground
merah ukuran 4x6. Pemberkasan fisik masih
menunggu jadwal dari BPK.
Lalu, apa hubungan guru dengan literasi?
Keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara merupakan bagian dari
kemampuan literasi yang menjadi awal kesuksesan siswa dalam dunia pendidikan. Literasi
membaca dan menulis bukan hanya untuk siswa, melainkan untuk guru. Guru harus
membaca dan menulis. Melalui tulisan guru, siswa bisa belajar nyata dan
meneladani literasi pada guru. Tulisan guru bisa beraneka ragam,
ilmiah(nonfiksi) dan nonilmiah(fiksi). Tulisan-tulisan tersebut bisa menjadi
bukti konkret bahwa guru juga melakukan kegiatan literasi. Guru tidak hanya
menjalankan kewajiban berliterasi, melainkan memiliki kesadaran akan pentingnya
literasi.
Guru sebagai penulis akan menjadi teladan dalam
kegiatan literasi. Keteladanan akan mampu menjadi pijakan siswa dalam menyadari
pentingnya literasi. Kesadaran literasi dalam diri siswa akan menjadi dasar
penguatan kompetensi literasi di Indonesia. Atas dasar hal inilah, aku putuskan
untuk menulis hingga 40 buku. Jika guru sudah mampu menulis buku, siswa akan
semakin termotivasi dan terinspirasi untuk mengikuti jejak sang guru.
Ada lima keuntungan akan didapatkan guru manakala
menjadi penulis buku, yaitu
1.
Menguasai disiplin ilmunya dengan sangat baik. Penulis buku tentu akan berusaha
mencari, membaca, dan menelaah setiap referensi yang akan digunakan sebagai
bahan kepenulisan buku. Itu berarti bahwa penguasaan disiplin ilmu guru akan
akan dikuatkan;
2.
Mengetahui metode pembelajaran. Karena guru telah menulis buku, tentu ia akan
menjadi orang pertama yang mengetahui metode atau model pembelajaran yang
paling tepat untuk digunakan menyampaikan materi pelajaran;
3.
Kredit poin untuk naik pangkat. Peraturan bersama mendiknas nomor 03/v/pb/2010
dan kepala BKN nomor 14 tahun 2010 pasal 17 ayat 2 menyebutkan bahwa untuk
kenaikan jabatan/ pangkat setingkat lebih tinggi dari guru pertama, pangkat
penata muda, golongan ruang iii/a sampai dengan guru utama, pangkat pembina
utama, golongan ruang iv/e wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang meliputi sub unsur pengembangan diri, publikasi ilmiah,
dan/atau karya inovatif;
4.
Mendapatkan keuntungan finansial. Penulis buku akan memeroleh keuntungan dari
kepenulisan buku. Keuntungan itu diperoleh dari pembelian naskah dan royalti
buku; dan
5.
Wibawa di depan murid. Guru yang baik adalah guru yang menjadi inspirator dan
motivator bagi muridnya. Setiap guru pasti pernah menyuruh murid-muridnya agar.
Mestinya guru tidak hanya menyuruh muridnya agar menulis tetapi guru mampu
menunjukkan karya tulisnya. Di hadapan murid-muridnya itu, tentu guru akan
disegani dan dihormati sehingga kewibawaan pun diperolehnya. Jadilah guru yang
digugu dan ditiru(dipercaya dan diteladani).
Mau izin koreksi baground seharusnya background. Terima kasih mohon mampir di blog saya dan beri saya masukan, saya ingin terus maju.
BalasHapus