Kami berempat sedang berduka (Endah Win)

 



Selasa 6 Juli 2021

Merupakan hari dimana kami sekeluarga sangat berduka. 

Papa kami terkasih di panggil Tuhan tanpa pesan apapun. 

Kami menangis karena berita ini begitu mendadak dan tak terpikirkan oleh kami



Papa sosok yang kuat tidak dalam kondisi sakit. Siapa baik saja bahkan malam sebelum nya kami sempat bertemu melalui video call. Kami berbeda kota meski demikian kami berusaha selalu sempat kan waktu utk ketemu papa dan mami. Semua keadaan baik... Sangat baik malah... 

Saat berita duka disampaikan benar-benar membuat ku terdiam tak mampu aku berkata cuma airmata yang tertumpah. 

Rabu 7 Juli 2021

Semua kami bersiap dengan rapi untuk mengantar papa ke tempat peristirahatan yang terakhir. 

Untuk terakhir kalinya kupandangi wajah tua yang penuh Damai. Teringat setiap kisah yang pernah beliau lakukan demi kami 4 anak-anaknya. 

Seorang lelaki gagah dengan segala atribut tanda jasanya terbaring.  Setiap teladan dan nilai-nilai yang pernah di ajarkan pada kami ber-empat menjadi bekal kami hidup. 

Semasa hidupnya kedisiplinan dan prinsip yang kuat menjadi gaya hidup yang selalu diajarkan padi kami berempat. 

Membuat kami takut hidup asal-asalan. Bagi papa hidup itu untuk mengabdi. 

Papa seorang abdi negara yang selalu menjalankan tugasnya dengan jujur. Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Papa seorang Polisi BRIMOB yang semasa hidupnya disegani oleh orang di sekitarnya. 

Kami berempat sangat bangga memiliki papa yang begitu dihormati. Sampai pada saat ajal menjemput pun penghormatan tetap diberikan pada papa. 

Pasukan bersiap untuk membawa jenasah papa dengan cara militer. Sampai di akhir hidupnya pun kami tetap merasakan kebanggaan itu. 

Meski senyum wibawamu tak bisa kami lihat lagi bukan berarti semua sudah berakhir. 

Jasa dan kenangan yang telah terukir indah di sanubari kami berempat tak akan bisa hilang begitu saja. 

Kami berempat kuat karena papa sudah bentuk kami menjadi pribadi yang kuat. 

Kami berempat menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah karena papa ajarkan kami untuk tidak mudah menangis untuk hal-hal yang remeh

Kami menjadi pribadi yang memiliki cara hidup yang berintegritas karena papa ajarkan dengan teladannya sendiri. 

Papa, kami berempat kehilangan mu. Kami bangga memilikimu papa. Kami rindu ketika papa yang disegani anggota di kompi-nya tetapi tetap mau kupaskan buah buat anak-anaknya di rumah. 

Papa... 

Selamat jalan, kami tahu papa di surga saat ini. Doakan kami berempat ya pa. Supaya kami tetap kuat dalam menjalani hidup kami. Terima kasih untuk bekal hidup yang telah engkau beri. 

Terima kasih untuk setiap perhatian papa

Terimakasih untuk sayang papa buat kami berempat yang ga pernah berat sebelah. 

Kami akan menjaga mami seperti engkau telah menjaga kami berempat. 


Puisi buat papa:


Selamat jalan Pahlawan ku

Langkah tegap itu berganti dengan langkah pelan ditopang dengan tongkat

Bukan berarti kehilangan semangat yang kuat

Prinsip yang tegas memperlihatkan kewibawaan mu

Selalu berpikir memberi yang terbaik bagi orang lain

Tak kenal menyerah sampai batas akhir

Teladan yang kau berikan menjadi pegangan bagi calon pahlawan yang lain

Berjalan terus tanpa takut rintangan menghadang

Selalu memiliki kompas untuk memasang strategi

Simpati dan empati yang kau beri tak terlupakan

Saatnya istirahat Pahlawan.... 

Komandan yang gagah berani mencapai kemenangan yang gemilang

Kini waktunya untuk kembali pada Pemimpin Agung

Tugasmu di dunia telah kau selesaikan dengan penuh integritas

Saatnya berpulang dengan tenang

Meninggalkan kenangan bagi yang tersayang

Selamat jalan pahlwanku.... 


Jasamu akan selalu dikenang

Oleh kami yang tak berhenti menjadi pengagummu

Setiap didikkan dan teladanmu akan kami jadikan pegangan

untuk langkah kami selanjutnya


Brian Prasetyawan

Guru SDN Sumur Batu 01 Pagi Jakarta. Menulis sejak 2009. Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI. Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama